Rabu, 30 November 2011

Mereka, Ketua dan Pemberi Titah (kepada ku)

Dahsyat, suara mereka yang memberi dukungan untukku memboyongku menjadi bagian dari para pembuat keputusan dinegara ini. Mereka yang menitipkan rasa percaya bahwa aku pasti mendengarkan titah mereka yang kuwakili. Seperti layaknya sebuah suku. Mereka adalah kepala suku, yang harus mengalihkan tugasnya kepadaku. Hanya karena sang kepala suku harus melakukan hal yang berkaitan dengan operasional sehari-hari.

Aku mewakili suara mereka yang mengirimkan ribuan telepati atas apa yang terjadi dan yang mereka perlukan.

Kurangnya pasokan pangan didaerahku, bukan berarti harus melakukan impor dari Negara lain. Rakyatku yang mayoritas petani, hanya perlu diberdayakan untuk berkembang lebih baik. Meninjau apakah krisis ini karena wawasan akan bertani yang tidak tepat, atau mahalnya harga pupuk karena penimbun yang tak bermoral.

Kemajuan negara lain, tidak juga serta merta membuatku, dewan perwakilan akan mengajukan proposal untuk studi banding yang mungkin tidak mengefektifkan waktu melainkan hanya untuk ajang liburan. Ada begitu banyak anak-anak jenius berkebangsaan Indonesia yang masih “berkeliaran” di negara lain. Kirimi mereka surat untuk pulang kembali, membangun dan melestarikan Indonesia dengan menjanjikan bahwa negara ini mampu memberi kesejahteraan, yang tak kalah hebatnya dengan yang ditawarkan negara lain.

Kenyamanan untuk menjalankan tugaspun, bukan berarti negara harus menyediakan mobil dinas mewah, tunjangan dan penghasilan dengan angka fantastis untukku. Sesuatu yang sederhana seringkali membuat lebih elegan dari hanya sekedar menghamburkan uang negara. Padahal, seingatku, uang itu adalah sumbangan dari orang-orang yang telah ku anggap sebagai “ketua” ataupun “komandan”. Maka, alokasikanlah untuk mereka, bukan untuk keluarga dari wakil negara ini. Penghasilan dan tunjangan kerjaku, cukup berada di satu rekening saja. Karena, rupiah yang terlalu banyak akan memusingkanku harus membuka rekening kebank mana lagi. Selebihnya, silahkan perhatikan guru-guru di daerahku, yang telah “membesarkan”ku. Mereka kadang sering memakan lauk sisa semalam hanya untuk penghematan. Tragis dan durhakanya aku jika itu masih terjadi.

Giatkan pembanguan disemua sektorpun, bukan berarti aku akan melupakan, bahwa ada banyak tempat pendidikan yang butuh perbaikan dan perhatian. Karena mereka yang sekarang ada di bangku pendidikan, akan menjadi penerus / pelari estafet selanjutnya. Karena setiap melihat pengemis dan anak jalanan berlari riang di trotoar, aku merasa tidak berhasil untuk membuat mereka kenalan dengan bangku di sekolah dan angka logaritma yang rumit. Itu tidak adil.

Saat masa jabatanku, aku akan membongkar rumah sakit yang angker. Karena, aku tidak akan menerima, mereka-mereka yang sakit menjadi lebih sakit, kritis, koma dan berakhir dengan kematian, hanya karena mereka tidak punya segepok uang untuk “dilemparkan” kewajah instasi kesehatan negara ini. Yang harusnya bertanya “apa gejala / sakit yang dirasakan”, namun seolah-olah bertanya “berapa rupiah yang ada di saku celanamu sekarang”.

Dalam jabatanku, semua saudara sedaerahku minimal, bisa bahagia dalam masa sehatnya, dan tidak mati dalam masa sakitnya. Impianku yang layak untuk dijadikan nyata oleh kalian yang mewakili ku saat ini.


Aku dan Mereka yang diwakilkan, bukan disingkirkan

Andai saja, saat semua rakyat Indonesia mampu tersenyum saat melihat ke piramida paling atas dari pemerintahan Indonesia ini. Maka, kita akan memiliki mimpi yang jauh lebih indah dari sekarang. Berharap andai saja satu saat nanti aku adalah salah satu wanita hebat yang terpilih, untuk mewakili rakyat yang memilihku. Dan yang ada pikiranku, akan terlihat dari deskripsi ceritaku yang akan disertai dengan lampiran jawabannya.

Mengapa harus mengenakan kemeja berdasi ataupun kebaja mahal saat "bertandang" ke pasar, jika hanya akan menghadirkan jarak. Terlalu resmi hanya akan membuat batas.

Tidak berubah, kunci dari seorang wakil rakyat yang akan dicintai seumur hidup. Tak harus menambah aset mewah dengan mobil mentereng. Orang hebat tetap akan disegani walaupun selalu berjalan kaki. Gelapnya kaca mobil, hanya akan membuat orang yang ada didalamnya tak mau melihat keluar, dan tak ada kesulitan rakyat yang diwakilkan akan terdeteksi. Tidak harus membangun rumah mewah, sementara banyak gubuk dan rumah sederhana tak layak huni ada disekelilingnya. Mengapa juga harus selalu berpikir untuk berlibur keluar negri, seolah-olah beban hidup sang wakil rakyat jauh lebih berat dibandingkan rakyat itu sendiri. Jika saja, begitu banyak tingkah laku menyimpang para wakil rakyat sekarang ini, hanya untuk pencitraan diri, bahwa seorang DEWAN harus seperti itu, maka bukan dewan seperti itu aku nantinya.

Aku akan belajar dari seorang guru di daerah pedalaman, yang tanpa “BAJU KEHORMATAN” sekalipun, dia tetap di panggil guru. Seperti nyanyian Oemar Bakri tetap menjadi guru terpandang dan disebut sepanjang masa, meski hanya menggunakan sepeda ontel. Aku, menjadi anggota dewan untuk menjadi wakil dari orang-orang yang sibuk mencari nafkah setiap hari, mengumpulkan sekeping demi sekeping rupiah. Mengolah rupiah untuk membuat anaknya tetap sekolah.

Aku, akan menjadi seorang dewan terhormat dengan hitungan rupiah yang hanya berlebih sedikit untukku, namun berlebih banyak untuk mereka yang memilihku. Tak perlu ada tangis yang mengiris hati, hanya karena meninggalnya seorang yang mengantri sembako ataupun bantuan social. Karena indonesiaku terlalu kaya untuk menggemakan kata “kelaparan dan kemiskinan”.

Aku tidak akan menjadikan rumahku seperti showroom mobil mewah. Tidak ada gunanya terlalu sering studi banding keluar negri, jika rakyatku, masih saja harus menelan bilur pahit saat anaknya harus berhenti sekolah. Untuk apa berpelisir ke Negara luar yang maju, sementara biayanya mampu menampung dan mendidik anak jalanan yang mulai menjamur dibumi pertiwiku tercinta.

Aku, ingin menjadi seorang anggota dewan yang berhasil menjadi wakil dari suara-suara yang tak didengarkan saat ini. Membuat kemudahan bagi mereka yang ingin tetap bersekolah. Kemudahan untuk mereka yang berharap masih bisa memaknai beras.

Kemiskinan, kelaparan, kesenjangan social, perlahan akan ku petimatikan.Tertanam dalam lukisan masa lalu negeri nan kaya ini. Karena, satu saat nanti, saat aku bukan dewan, maka akupun ingin "mendewankan" orang yang mampu melakukan hal yang lebih baik dari apa yang kudapatkan.

Jumat, 18 November 2011

"Land"

"Sering mendengar kalimat yang mengatakan bahwa semua yang ada di dunia ini adalah titipan. Maka Sang Penitip suatu saat akan datang kembali meminta apa yang telah dititipkannya.
Aku langsung berpikir, pada apa yang telah dititipkan kepadaku, sudahkah semua dalam kondisi yang baik atau mungkin sangat baik, saat Engkau datang mengambilnya.
Bukankah, tadinya aku mengatakan bahwa kalimat itu sering diperdengarkan kepadaku..

"Masih ada kah perbaikan untuk itu Tuhan?? Andai saja, apa yang Engkau titipkan kepadaku, ternyata kusia-siakan dalam sengajaku..
Apakah suatu saat akan Engkau kembalikan Tuhan, seumpama memberiku kesempatan kedua untuk memperbaikinya..??
Apakah Engkau akan mempercayakan "sesuatu" yang lebih baik dari kemarin, yang akan Engkau titipkan kepadaku Tuhan?.. Sementara diwaktu lalu, aku tak merawat apa yang Engkau letakkan digenggamanku..?? "

Itu dialog yang didendangkan dalam bisikan kepadaMu.. Karena nyali yang menciut untuk bertanya ketika menyadari ketidak mampuan dalam memikul apa yang Engkau bebankan..
Pertanyaan itu mungkinpernah terselip dalam lisan manusia manapun.

"" Sesuatu yang dititipkan oleh Tuhan seumpamanya lahan. Semua yang bernafas, mendapatkan lahannya masing-masing, lengkap dengan waktu yang telah di set secara otomatis. Ketika dititipkan, lahan itu akan diperlakukan sebagai apa, terserah.
Hanya saja, teruslah ingat, bahwa apa yang kamu tanam dilahan itu, kamu sendiri yang akan menikmati hasilnya. Sesaat tombol waktu menyala, Tuhan akan meminta kembali apa yang telah dititipkan kepadamu. Ada kalanya, isi lahan itu akan langsung dikembalikan oleh Tuhan, bersamaan dengan diambilnya apa yang telah dititipkannya kepadamu.
Namun terkadang Tuhan mengambil semua beserta isinya, dan berjanji akan mengembalikan suatu hari..""

"Lahan yang dititipkan kemarin, telah kamu tanami apa..?? Otak mengingat kembali ke beberapa waktu yang telah lalu...

Pribadi yang akan tersenyum bahagia, adalah ketika tidak pernah lelah menanami bibit kebaikan meski hanya dalam wujud molekul terkecil. Pribadi yang tak memaksa harus berkenalan terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu yang bersifat bantuan. Pribadi yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman untuk memberi kebahagiaan kepada orang lain, meski "hanya" berupa senyuman. Pribadi yang tak berpikir akan mendapatkan apa, namun berpikir mampu memberikan apa.. Dan ternyata, Tuhan mengembalikan panennya dalam "ribuan ton biji gandum dan kurma yang teramat manis".. Pribadi yang terselamatkan dari "miskin"..

Ibaratkan sisi mata uang, Mengapa ada manusia yang terduduk letih. Tak mampu menangis dan tak bersuara dalam memohon untuk mengembalikan waktu, mundur kebelakang..
Tuhan mengembalikan berkarung-karung ulat berbau busuk yang diambil dari lahan yang dulu dititipkan padanya.. Ribuan ulat yang terlahir hanya dari beberapa perbuatan buruknya. dan entah apa lagi...

Selalu ada kesempatan untuk setiap manusia dari Yang Maha Penyayang.. Apapun yang kamu perbuat hari ini, kembali ke tanganmu sendiri, di suatu hari nanti.. Andai Tuhan mengembalikan hal buruknya sekarang, semasa hidupmu, justru karena Tuhan memberikanmu waktu untuk menjadi lebih baik di esok hari.. Setidaknya, Tuhan memberimu kesempatan untuk mencuci kesalahanmu sebelum kamu mati..

''''
Ini apa yang ada dalam pikiran dan kutuangkan dalam bentuk kalimat tanpa suara.. Aku, menulis apa yang kupikirkan, agar kelak, saat aku lupa, tulisan ini membantuku untuk mengkoreksi dari kekeliruan yang ada dalam tulisan ini.. Tulisan ini akan bersuara melalui lisan-lisan orang-orang yang ditempatkan disekelilingku... Orang-orang hebat&istimewa yang membuatku tak berhenti mengucapkan syukur, bahwa dalam skenarioNYA, ALLAH memberikan aku hidup yang sempurna.

Rabu, 16 November 2011

Nagari ko, Awak nan Punyo....

Bahasa campuran antara bahasa daerah (bahasa ibu) ku mungkin akan terselip indah disini..
Memperindah sebuah tulisan yang banyak cacatnya, membuka pintu kritikan untuk "anak nagari" yang selalu mencintai "ranah minang", meski emas di negeri orang jauh membuat kita terlihat "hedon".

Tulisan ini, muncul dari "gelitikan" orang cerdas yang selalu vokal di zamannnya...
Apa yang akan ada di pikiran kita untuk kalimat "tahimpik nak di ateh, takuruang nak dilua"..
Wowww.... betapa hebatnya, itu adalah kalimat pujian yang menyembunyikan pertanyaan "bagaimana bisa ya"..

Tidak ada yang salah pastinya.. Kita yang sudah lama mencium aroma tanah minang yang tak pernah gersang dikelilingi pegunungan apik dengan aliran sungai jernih yang mampu membuat kita selalu ketagihan untuk setidaknya merendamkan kaki, penghilang rasa penat..

Namun, aku menemukan hal yang berbeda ketika berdiri dari luar lingkar rumah gadangku... Berdiri ditengah orang-orang yang heterogen, yang sibuk memicu produktifitasnya untuk tujuan kesenangan dan ketenangan di akhir pekannya...

Tapi, disini tetap ada sekelompok "anak nagari", wajarlah, karena kepopuleran kita dengan hobi merantau... Disinilah, aku melihat ada yang mungkin sedikit sumbing ataupun mengapa "ranah ini" terlihat seolah olah berdiri jauh di belakang "tanah" lain...

"Jan Masuak lo kadalam sumua tu, kok nio tau bara dalamnyo, cukuik tagak di bibia sumua"
"Tagaklah di labuah kok nio mancaliak ba a bantuak rumah gadang tampek wak tingga, elok indak tagaknyo; tapi kok nd ka mungkin ka labuah, tagak lah di laman rumah, jan di dalam rumah"...

Namun tidak mesti berada di luar untuk menjadi sesuatu, karena kita perlu setiap orang berada di sisi keahliannya.. Justru siapa yang ada di dalam sangat memegang peranan yang penting untuk menjaga apiknya "rumah gadang" tetap asri dan berkecukupan..

Bahu membahu, ketika yang diluar memberikan sederetan koreksi, yang di dalam lah yang akan mensortir apa yang bisa ataupun tidak mungkin dilakukan..

"Bak cando lidi, indak ka mungkin barasiah laman dek lidi nan ciek. Sapu tabuek dek lidi nan disatuan jadi sakabek gadang"...

Jangan menakuti perubahan dengan alasan bahwa akan ada yang terkikis habis. karena, Tak ada satu perubahan dari orang pintar nomor satu di dunia sekalipun yang bisa merubah ataupun meruntuhkan pundi adat istiadat minang yang bersandikan kitabullah...

Sabtu, 05 November 2011

10 Dzulhidjah....

Ini idul adha kedua aku disini..
Setelah 2tahun aku melangkahkan kaki ke kota ini..
Alunan takbir terdengar jelas di mesjid depan kamarku..

Mengingat hal indah yang belum lama aku tinggalkan di pekarangan
rumah yang masih tertata apik
Alunan takbir itu mampu membawaku hanyut menuju suasana rumah yang
begitu jelas ada dibayangan mataku...

Mengingat, bahwa selalu ada yang dilepaskan untuk mendapatkan banyak hal
Karena, tanganku pun tak akan mampu menggenggam semua..
Memisahkan antara mimpi yang masih ingin ku capai...
Apa yang ku dapat kemarin, dan apa yang telah kumiliki hingga hari ini...

Rabb... betapa takbirmu membelenggu ingatanku untuk pulang dalam sekejap..
Betapa nada ini memenjarakan otakku dalam kadar kelembaban hati
yang tak hendak kering...

Rabb... aku yang harusnya belajar memaknai idul adha, meski tidak akan sempurna...
Mengingat awal yang tak sepenuhnya ikhlas untuk apa yang kutinggalkan..
Padahal seharusnya, aku yang menyerahkan waktu nyaman ku..
untuk jaminan ataupun mungkin "barter" dengan apa yang telah KAU sediakan untukku,
di depan ini...
Meskipun, sekarang, saat aku disini, apa yang telah KAU ambil,kuserahkan,
sangat tidak sebanding dengan apa yang KAU berikan & ku temukan hari ini...

Sang Pencipta ku,
ku memohon, untuk menegurku terhadap rasa syukur yang terkadang ku lupa..
Sang Pemilik hatiku,
ku meminta untuk selalu menyapa rasa berbagi ku atas apa yang aku punya...
Sang Pemberi,
buat ku selalu melihat, bahwa apa yang aku punya skrg sudah sangat berlebih banyak,
dari apa yang KAU ambil kemarin..

Ada begitu banyak permintaan tidak aku tuliskan, namun begitu lancar aku ucapkan..
Namun, biarkan makna idul adha ini tetap menggelitik hati ku setiap hari..
"Bahwa apa yang KAU beri, harusnya mampu ku jaga dan ku perlakukan dengan baik.
Hingga saat KAU mengambilnya kembali, aku akan merasa bahwa waktu penitipan sudah usai..
Bukan krn KAU tidak mempercayaiku, justru krn ENGKAU memberikan hal besar
yang harus ku jaga kembali, untuk sesuatu yang lebih baik... INSYAALLAH...

Dzulhidjah,10
Depok

Senin, 24 Oktober 2011

Ada Apa di ujung jalan...

Aku jalan... banyak orang juga berjalan
Menapaki langkah demi langkah menuju sinar terang yang terlihat dari setiap sudut mata..
Dan itu sinar yang berbeda.. Meski kita sama sama memandang ke ujung jalan itu...
Ketajaman mata,, kekuatan langkah dan keyakinan hati
Membuat cahaya itu tampil dalam kemasan yang berbeda..
Ketika satu hari, aku melihat cahaya itu meredup, sementara kaki kaki yang lain,
tetap melangkah...
Aku duduk sebentar dan tersenyum melihat mereka yang masih yakin melangkah ,,..
Ada kalanya juga, aku melihat mereka terkapar lelah saat aku mengayunkan kedua kaki ku...

Kita mungkin bukan berasal dari satu atap yang sama..
Kita juga punya pandangan yang lebih banyak berbeda....
Namun, saat mereka tersenyum kepadaku dalam dudukku..
Aku pun akan berusaha dengan sengaja tersenyum melewati mereka meredam rasa capeknya...

Perjuangan itu tidak ada titik akhirnya,.. selalu ada estafet yang berkesinambungan...
namun pemainnya kita sendiri.. banyak nya sorak sorai semangat....
tergantung pada berapa banyak hubungan baik yang "dipelihara"...
setelah itu,,, mencoba selalu meyakinkan diri... bahwa setiap topik perjuangan, memiliki akhir cerita sendiri...
kadang, dalam rasa lelah yang menyapa, berdiam sebentar ataukah lama.. itu masalah pilihan..
namun... kadang pun untuk berusaha yakin dengan semua selalu ada penilaian akan berhasil atau tidak.. tergantung pada seberapa teguhnya kaki berjalan, kerasnya keyakinan...

*Mohon bimbinganmu Ya Rabb... disaat kaki mungkin sedikit lelah... Disaat nafas yang mulai terengah, dan energi yang sepertinya sudah habis lebih dari setengah...

Sabtu, 10 September 2011

Success,, don't forget...

Setiap pribadi yang bernafas selalu melewati proses berjaln menuju satu titik tujuan yang mungkin pernah menjadi impian ataupun, melewati proses mendapatkan hasil yang tak pernah ada di mimpi sekalipun.
Tuhan memberikan sesuatu yang kadang diluar dugaan manusia.
Berhasil mendapatkannya, dengan usaha dan dorongan tangan tangan hangat, yang selalu menggenggam saat semangat mulai goyang, tenaga mulai lelah, dan fisikpun lambat perlahan melemah..

namun,,, sesering tangan itu hadir dahulu,, sesering itu pula tangan itu terlupakan saat sinar mulai menyoroti langkah dan bayangan kita sekalipun.. Bukan hal aneh memang, namun terdengar kelakuan yang aneh..

"kamu bisa tersenyum melihat banyak yang menghampiri hari ini karena mereka ad dalam bahagiamu, namun suatu hari kau akan merasa sedih ketika atahu bahwa mereka tak melihat kotak sedih mu..

silahkan lupakan proses kau mencapai titik gemerlang itu, walaupun sebenarnya dngan mengingatnya akan lebih baik..
tapi jangan lupakan orang-orang yang senantiasa mendengarkan omelanmu setiap jarum jam berlalu dalam proses itu...


semudahnya kau melupakan proses dan manusa yang mendorongmu, segampang itu pula kau akan tergelincir dari tangga awan itu, dan merasa sendiri, merana sepi, karena mereka tak mampu kau genggam lagi...

#hidup

Minggu, 26 Juni 2011

Manusia ... Tuhan Menyetujui...

Coba mengisi titik setelah kata manusia dijudul tulisan yang belum pasti memiliki isi yang penting di pikiran orang banyak. hanya saja, aku meminta sedikit waktu, untuk beberapa kepala mau memikirkan apa isi titik-titik, itu saja..
Manusia ....((//menjalani//berusaha//meminta))
bisa saja kata itu digunakan semuanya..
Manusia "meminta","berusaha","menjalani", Tuhan menyetujui...
maka, jawaban ku ketika dilemparkan kalimat itu kepada ku adalah..
"TUHAN menyetujui, bukan hanya hasil, namun,ke arah mana proses yang dijalani manusia tersebut, dan proses itu berhasil atau tidak, itu juga atas persetujuan TUHAN. "goal" yang ingin kita capai, TUHAN tidak akan selalu menyetujui langkah kaki mengarah kesana, bisa saja berbalik arah...

Sering kali, kita "misunderstanding" dengan ucapan kita sendiri.

Seperti, saat kita berdoa, TUHAN mendengar semua doa umatNYA yang meminta kepadaNYA.
tapi, tidak semua doa yang terkirim akan langsung di balas oleh TUHAN, entah dalam bentuk apa. Bisa saja, doa nya ter"pending", koreksinya adalah, TUHAN beranggapan, manusia yang berdoa sebenarnya tidak butuh apa isi dari doa tersebut;manusia itu hanya ingin mendapat apa isi doa itu. "TUHAN memberikan apa yang dibutuhkan umatNYA, bukan apa yang di inginkan umatNYA. **aku juga terkadang, dalam lalai ku, kadang berprasangka buruk dalam hal ini, dan berharap tidak akan terjadi lagi pada ku dan semua... aminnn....

Setelah beranjak dari duduk, kita berdiri dan melangkahkan kaki untuk berusaha mencapai titik yang menjadi target kita.
Berusaha keras, banting tulang, menguras keringat, banyak hal yang kadang terlalaikan, bahkan karena urusan duniawi, ada kewajiban yang terabaikan tanpa sengaja "lupa"...
Saat terima "rapor", hasil evaluasi, target yang tidak sesuai dengan angka yang berada di garis aman.. Keluhan, makian, prasangka buruk yang diikuti rasa lelah dan penat..
Maka seringkali manusia berkata "Apakah yang salah dengan prosedurnya?? Tidakkah TUHAN melihat keringatku dalam bekerja, tidakkah TUHAN melihat ku bersujud dalam waktu senja? Mengapa aku hanya "ini" yang kudapat, mengapa mereka lebih?? "
Apa koreksi ...
TUHAN mendengar doamu, TUHAN menyetujui "usaha"mu , namun TUHAN mengkoreksi proses mu, dan TUHAN mengabaikan hasil, untuk sampai ditanganmu, setidaknya sementara waktu.



Bukan berarti saat proposal ku ajukan, akan langsung disetujui oleh TUHAN. Makhluk ciptaan TUHAN bukan hanya aku.Bisa saja, kata "membutuhkan" belum hinggap di hidupku, Kata "sempurna" dalam usaha dan doa juga belum ada di genggamanku. Namun, jangan menghentikan proses itu karena bisikan putus asa. Lanjutkan melangkah...
Karena ketika TUHAN menunda pemberian piagam kepada ku itu justru karena " Piagam itu sedang dipersiapkan dalam bentuk sebaiknya, dan TUHAN percaya aku juga sedang mempersiapkan diri dalam wujud terbaik untuk menerima penghargaan terbaik..."...
InsyaALLAH,,,Amiiinnnnn ....

Kamis, 09 Juni 2011

Panggilannya masih "AYAH"....

"aku membenci laki-laki itu.. andai saja ada pertemuan, hal pertama yang akan ku lakukan adalah menumpahkan kebencian dan emosi ku pada nya.. aku tidak pernah merindukannya, karena rasa rindu itu hilang seiring jalannya waktu... rasa benci yang timbul, saat aku tak lagi menemukannya di pagi hari ku.." orang menyebutkan pada ku, bahwa laki-laki itu di panggil dengan kata "AYAH".... dia selalu menemaniku sarapan, duduk ujung meja. Cerita yang mengantarkanku menyambut pagi dengan riang.. Iringan langkah nya menuntunku menapaki tangga bus yang menjemputku untuk menimba benih ilmu....
Dipagi berikutnya, dia menghilang tanpa pamitan kepada ku... "

Sebersit kenangan hadir di ingatannya, mengukir senyum diujung bibir nya, meski akhirnya terlihat getir.. Cerita pahit dari seorang remaja yang mencoba memutar kaset lama dimasa kecilnya... Tidak hanya dia, kurasa begitu banyak yang akan membuat kalimat yang jauh lebih getir dan emosional dibanding remaja wanita yang ada di hadapanku saat ini.

Pertanyaan yang timbul adalah "mengapa"... Mengapa sang ayah pergi..?? mengapa sang ayah tak kembali...?? Mengapa sang ayah tak mengucapkan satu kata sebelum dia melangkahkan kaki?? ada beribu tanya "mengapa"...

Memang, tak ada masalah di rumah itu? tapi apakah anak tahu apa yang terjadi dalam ruang kubus yang dihuni oleh pasangan hidup yang disebut orang tua...

Anak cuma tahu, bahwa lelaki paruh baya itu tidak lagi berada ujung meja yang terlihat sangat jelas dimata..Sebagai anak, yang hanya tahu, kita kehilangan rasa renyah dalam tawa yang menemani santap pagi. Menapaki langkah sendiri menuju jemputan yang tak lagi bisa disambut dengan ceria... Hingga hari ini, tidak ada satu alfabet yang dirangkai untuk bicara. karena "aku tak tahu dan tak mau tahu, laki-laki (ayah) dimana".

Aku merangkai cerita dalam otakku, dan terucap dalam bisik ku...

Ketika ayah pergi, sang anak memberikan kesempatan untuk rasa benci itu "mengendap" di dasar hati... Tapi, apa pernah kita bertanya pada hati, limit waktu "rasa benci" boleh tetap tinggal, sampai kapan..??
Mengapa sebagai sang anak kau tidak mencoba jujur, menyingkapi rasa rindu pelukan tangan kekarnya!!!

Andai satu saat, pria paruh baya itu datang, berikanlah ia kesempatan untuk mengetahui betapa kecewa nya kau padanya, betapa sering kau melewati tangis tanpa air mata hanya berharap kehadirannya. dia tersiksa tanpa harus menjadi terdakwa.

Setiap tindakan menjalani proses pertimbangan untuk dilakukan.Maka, ayahmu pun menjalani proses itu. Berikan dia kesempatan, merangkai kata demi kata. Menjelaskan, bahwa ia merangkai kepingan hati dalam derap langkahnya meninggalkan "malaikat kecil" dihidupnya. Dia juga berdiri tertatih dari jatuhnya saat teringat bahwa dia meninggalkan wanita yang dicintai "setengah jiwanya"..

Hukumlah karena dia tidak bicara padamu, peluklah dia karena menjalani proses itu tanpa berbagi denganmu.

=== Dia masih harus kau panggil "ayah"..kaum adam yang tidak lagi remaja, kau kenal dimasa kecil mu.. dia tetap harus kau panggil "ayah" meski ada beribu kesalahan yang harus kau koreksi dan ENTER....

Sabtu, 04 Juni 2011

"different sides of Indonesia"

Parah..... program ini tak terlewatkan oleh ku setiap soreku sempat untuk menyaksikannya...

apa masalah dari negeri ini....??
"seorang wanita perkasa di usia renta, masih harus sekuat tenaga mencari beberapa ribu untuk makan... disisi lain,, recehan di anggap remeh oleh kaum hedon...
Asal tau saja... "wanita tua itu hanya menjawab,, tidak mengapa... itu rezeki yang diberi TUHAN untuk nya...

"Apa yang salah dengan ini negara...??"
disisi lain mempertontonkan betapa melaratnya rakyat jelata bukan "jelita" ...
di lain sisi oknum para terdidik bisa dengan pongahnya angkat kaki ke pulau lain untuk mencari udara segar....
"Berapa ukuran rusak nya bebapa aspek di negara ini..?? mental pemimpin yg tak mampu memimpin...!! satu sisi segerombolan manusia masih bisa mensyukuri kepingan uang yang diterima meski tak cukup untuk bongkahan nasi yang bergizi, di bilik yang lain,, "sekompi" manusia masih saja bisa protes meski menerima uang yang tak lagi bisa dimuat di lemari besi....

TUHAN bukan menciptakan negara yang salah... karena TUHAN menciptakan semua dengan sempurna...
Tuhan memberikan kesempatan dan waktu pada manusia-manusia yang ada di dalam negara itu...
meski pun, masih saja di duduki oleh pemimpin yang kebanyakan "rusak"...


mentiadakan negara ini juga tidak mungkin...

(jangan masalahkan bahwa ini bukan kepentingan, jangan memusingkan suara ini akan sampai atau tidak,, cukup menggugah diri sendiri.. setiap pribadi yang bergerak akan menjadi sepasukan manusia yang menciptakan perubahan)

Jumat, 03 Juni 2011

Differents......

ada pertanyaan tentang perbedaan yang dihadapkan pada ku...
lalu,, ada apa dengan perbedaan itu...??

apa ukuran sesuatu dikatakan berbeda....??
kita menilai objek yang sama... cara pikir kita yang berbeda...
berbeda dalam latar belakang.... entah siapa yang melebihi siapa....

Tapi,, seketika aku berpikir... saat ada yang berkata dihadapan ku bahwa "aku lebih pintar",,, "aku lebih sempurna"...
Siapa yang bisa menjamin kalau kamu sekarang berada di tingkat mana....??
tidak ada yang bisa mencapai langit paling tinggi... selalu ada orang-orang yang lebih dari mu...

Picik.... ini bukan hanya picik... kasihan.... iya...
kamu,, baru menilai hanya melihat apa yang ada disekitar mu...
seberapa sering kamu melihat di luar lingkaran bumi hidupmu....

Tidak menggurui.. hanya memberitahu...
jangan membicarakan "diriku sukses", disisi lain orang disekitarmu tersenyum sinis..
bukan karena iri... tapi karena kamu seolah-olah seperti kacang lupa kulitnya...
mengatakan "mereka sok pintar", padahal kamu menilai dengan cara pikir tidak lebih baik...

Miris.... padahal,
Hidup itu belajar... belajar menjadi lebih baik...
belajar menghargai dan menjaga apa yang kita miliki....
belajar tidak melepaskan saat lingkaran baru mulai terukir di sisi lain...
belajar.. melihat bahwa kamu selalu menjalani proses belajar dalam hitungan detik jam berjalan....

memories.. history....

aku... tetap berdiri saat hujan turun hanya setitik..

memperhatikan seorang teman yang samar berjalan tanpa tujuan tanpa kata...

tertinggalkan langkah gontai ku yang tak mampu berlari mengejar ayunan kaki nya...

aku... berusaha mengerti dalam dinginnya hati...

andai emosi yang terbawa membuat kau jauh..

membuat untaian hari-hari penuh tawa menjadi kenangan tak terbagi...

mengiringi ufuk senja berganti malam...

dinginnya hujan berganti dingin malam ...

berusaha terlelap... membawa rasa hilang dalam dunia mimpi....

ketika mata ku setengah terbuka... masih malam yang ada di hadapan ku...

belum berganti rembulan purnama dengan mentari terik pagi...

aku berharap saat ini hanya mimpi dalam keterpasungan hati...

sesaat terdiam, bangun dan beranjak pergi bersama pagi..

namun... saat matahari bertukar posisi bergandengan dengan pagi ...

terik mentari pun tak mampu mengalahkan perih yang terselip dihati..

disore yang sama aku masih berdiri..

sore yang terik, namun tak mampu mengganti rasa dingin hati..

saatku mengenang bahwa tepat dihari ini kau melangkah pergi,,

dan ternyata tak kembali ....


"shared fr my facebook, agustus, 2010"

its friend...

Teman ...

seharusnya tidak mengirimkan rangkaian bunga saat berduka...

karena bunga yang terangkai indah itu layu.. dalam hitungan menit berlalu...

cukup.. biarkan dia termanggu meski berada dalam ruangan sesak..

cukup dengan satu bahu yang kau pinjamkan ketika dia merasa harus menangis...

Kau.. tak perlu mencari gedung tinggi hanya untuk teriak...

karena ada aku disini... tak perlu kau malu...

dalam setiap diam mu pun, aku bisa mendengar jeritan sakit hatimu...

dalam diam pun.. kita mampu berbagi derai tawa bersama....

datangi aku.. saat semua sesak berubah menjadi penykit yang mematikan

tak terasa keram meski kau merebahkan kepalamu di bahuku...

aku merindukan semua itu... entah dengan mu....

hubungan yang indah.. yang meski di bawah hujanpun/...

dalam derai tawa bersama .. kita tidak kedinginan....


"shared from my facebook, september, 2010"


autumn.....

mereka berkata "ikhlas itu bukan perkara yang mudah"...

"butuh waktu yang lama untuk bisa menerapkan sikap ikhlas" ...

aku bingung...

ikhlas sikap baik yang berat...

tapi...

bukankah bersikap buruk itu memang lebih mudah...

kita akan tetap di uji untuk bisa menjadi lebih baik..

ketika kita mampu melewati fase itu...

tahapan dimana bsikap bijak, bjiwa besar dan ikhlas ....

Allah menjanjikan dinaikkan derajat kita sebagai umatNYA...

kita hanya terkadang tidak sabar... tidak mau repot untuk menjalani proses nya...

padahal... sedangkan seorang penemu saja harus melewati proses panjang...

lengkap dengan kegagalan dan rasa frustasi...

hingga akhirnya penemuannya berhasil dan di akui dunia...

kita bisa tertawa dengan senyuman lebar ketika kebahagiaan itu datang...

hingga seluruh dunia pun ikut tersenyum untuk itu...

mengapa kita juga tidak bisa bersuara vokal ketika kebahagiaan itu pergi...

jangan ambil kalimat bahwa "sekarang kesedihan yang mendatangiku"..

tapi harusnya "kebahagiaan itu pergi sejenak dari hidupku"....

kalimat itu ...

kalimat yang mungkin akan jauh membuat kita berpikir...

bahwa "kebahagiaan itu akan datang kembali"...

bukan dalam bentuk tawa...

bukan dalam bentuk senyuman...

namun dalam bingkisan sedih...di poskan oleh masalah...

bisa...?? mampukah..?? harusnya diterima...

jangan dibuang atau di abaikan...

berdiri tegaklah.. jangan lunglai dan langkah lelah....

seperti pohon yang meski telah ditinggalkan rangkaian daun-daun indahnya...

yang jatuh kebumi ketika musim gugur asyik bercengkrema

namun pohon itu tetap berdiri tegak ..

yakin warna hijau akan kembali menjadi ciri khasnya...

itu hanya masalah...semua berhubungan dengan waktu...

secuil kisah yang akan membantu untuk mengukur...

mengukur kekuatan, kedewasaan, kebesaran jiwa ...

juga mengukur sedekat apakah mereka....??

ikhlas...bisa menjadi milik kita...

ketika kita tahu bahwa melepaskan sesuatu..

berbanding lurus dengan kehangatan kita ketika mendekap kebahagiaan..

peluk hangat ketika masalah itu ada... ketika luka itu berakhir dengan rasa kecewa...

setelah itu ..lepas perlahan ..

biarkan dia melangkah... mengejar kebahagiaan yang telah lebih dahulu berjalan...

hingga setelah itu... kebahagiaan itu akan datang kembali...

karena... hidup adalah fase bolak balik yang berjalan bergandengan...



"shared fr my face book, september, 2010"

Kamis, 02 Juni 2011

pepatah-petitih "pengantar"

menulis.... bukan hal yang mudah... namun saat menulis, aku bisa mengeluarkan semua kata yang tak mampu ku ucapkan secara lisan...
bukan hal yang mudah, untuk membuat satu blog dan meminta siapapun membaca apa yang ku pikirkan (belum bisa ku lakukan), hanya sebatas teori, belum aku terapkan..

menulis,, hanya untuk mengingatkan peristiwa yang pernah kulalui,, saat aku membaca blog ini di satu hari depan nanti... \
\
namun,, menulis, untuk memberitahu diriku sendiri, bukan mengajarkan orang yang membaca nya...
aku berteriak dan berbisik untuk diriku sendiri...
aku mengajarkan diriku sendiri untuk melakukan apa yang kupikirkan
menerapkan ajaran yang hanya ku ketahui secara teori....
karena,, aku belajar,, menjalani proses,, memperbaiki dan meningkatkan...

Kamis, 19 Mei 2011