Rabu, 16 November 2011

Nagari ko, Awak nan Punyo....

Bahasa campuran antara bahasa daerah (bahasa ibu) ku mungkin akan terselip indah disini..
Memperindah sebuah tulisan yang banyak cacatnya, membuka pintu kritikan untuk "anak nagari" yang selalu mencintai "ranah minang", meski emas di negeri orang jauh membuat kita terlihat "hedon".

Tulisan ini, muncul dari "gelitikan" orang cerdas yang selalu vokal di zamannnya...
Apa yang akan ada di pikiran kita untuk kalimat "tahimpik nak di ateh, takuruang nak dilua"..
Wowww.... betapa hebatnya, itu adalah kalimat pujian yang menyembunyikan pertanyaan "bagaimana bisa ya"..

Tidak ada yang salah pastinya.. Kita yang sudah lama mencium aroma tanah minang yang tak pernah gersang dikelilingi pegunungan apik dengan aliran sungai jernih yang mampu membuat kita selalu ketagihan untuk setidaknya merendamkan kaki, penghilang rasa penat..

Namun, aku menemukan hal yang berbeda ketika berdiri dari luar lingkar rumah gadangku... Berdiri ditengah orang-orang yang heterogen, yang sibuk memicu produktifitasnya untuk tujuan kesenangan dan ketenangan di akhir pekannya...

Tapi, disini tetap ada sekelompok "anak nagari", wajarlah, karena kepopuleran kita dengan hobi merantau... Disinilah, aku melihat ada yang mungkin sedikit sumbing ataupun mengapa "ranah ini" terlihat seolah olah berdiri jauh di belakang "tanah" lain...

"Jan Masuak lo kadalam sumua tu, kok nio tau bara dalamnyo, cukuik tagak di bibia sumua"
"Tagaklah di labuah kok nio mancaliak ba a bantuak rumah gadang tampek wak tingga, elok indak tagaknyo; tapi kok nd ka mungkin ka labuah, tagak lah di laman rumah, jan di dalam rumah"...

Namun tidak mesti berada di luar untuk menjadi sesuatu, karena kita perlu setiap orang berada di sisi keahliannya.. Justru siapa yang ada di dalam sangat memegang peranan yang penting untuk menjaga apiknya "rumah gadang" tetap asri dan berkecukupan..

Bahu membahu, ketika yang diluar memberikan sederetan koreksi, yang di dalam lah yang akan mensortir apa yang bisa ataupun tidak mungkin dilakukan..

"Bak cando lidi, indak ka mungkin barasiah laman dek lidi nan ciek. Sapu tabuek dek lidi nan disatuan jadi sakabek gadang"...

Jangan menakuti perubahan dengan alasan bahwa akan ada yang terkikis habis. karena, Tak ada satu perubahan dari orang pintar nomor satu di dunia sekalipun yang bisa merubah ataupun meruntuhkan pundi adat istiadat minang yang bersandikan kitabullah...

Tidak ada komentar: